Tuhan, Jemput aku.
Percuma ku menjalankan skenario hidup ini, jika tak ada sedikitpun yang mengerti keadaan fisik dan mentalku,
Termasuk ibuku yang mungkin, sampai saat ini belum mengerti perasaanku
ini takdirku, tetapi batinku menolak
hamba di pasangkan dengan orang yang tidak hamba sukai, hamba tolak
sikapnya, tetapi dibalik itu semua ada niat baik yang sudah kujalani
agar terjalin komunikasiku dengannya.
tetapi apa?
batinku masih menolak. ntah kenapa, pikiran negatif ku tentangnya menempel di benakku.
hamba terus berdoa, agar hamba kuat, hamba terus berjuang tu jalani hidup disini untuk seribu tahun lamanya.
walaupun itu bohong, tiga tahun kemudian ku harus jalani hidup disini.
hamba sakit, mental ku sakit Tuhaaan, hamba belum bisa menjadi umatmu
yang baik, hamba berusaha, berdoa setiap lima kali dalam sehari, tetapi
aku belum cukup dewasa untuk melewati rintangan yang kau berikan.
sampai kapan ini berakhir tuhan? apakah sampai ibuku harus mendengar
jeritan batinku ini? atau memang ketika orang tua dan keluarga ku
meneteskan air mata ketika melihat ku terbaring lemah, karena jantung
yang mulai menyerang tubuhku? atau memang ketika jantung ini sudah mulai
tak berdetak lagi? ntahlah. hanya Engkau yang bisa menjawab ini semua.
Tuhan, jemput aku